Cerita yang tak nyata

Mei 16, 2017

Foto : copyright www.nvim.org
            Aku adalah siswi baru di kelas XI SMA Gapai Mimpi, Medan. Aku murid pindahan dari Batam. Orangtuaku harus pindah tugas ke medan, karena itu aku harus ikut pindah ke Medan. Aku adalah orang yang lumayan sulit untuk bersosialisasi, tapi aku masih dapat mempunyai teman di SMA baruku ni. Jujur mereka sangat baik, walaupun aku belum mengenal lama mereka. Teman baruku bernama Roy, Bobby, Natasha, Anna, dan Rembulan. Awalnya aku hanya berkenalan dengan Anna saat dikelas, lalu Anna menjadi teman mainku. Disanalah aku mulai mengenal Roy, Bobby, Natasha, dan Rembulan. Mulai saat itulah kami berenam menjadi teman hampir dalam setiap suka dan duka.
            Sudah hampir setahun aku disini. Saat ini adalah hari penerimaan rapor, yang berarti aku akan menjadi kakak kelas tingkat akhir disekolah ini. Yeyy, aku sekarang sudah naik kelas menjadi kelas XII SMA. Wali kelasku cukup dekat denganku, mungkin karna aku termasuk siswi yang cukup rajin dikelas. Beliau memberi tahu bahwa aku mendapatkan peringkat 5 besar dikelas, padahal orangtuaku belum datang untuk mengambil rapor. Saat aku sedang menunggu di depan kelas, hp ku berbunyi. Oh ternyata mama yang menelfon. Mama minta di jemput kebawah karna mama tidak tau kelas mana yang digunakan untuk pembagian rapor. Aku langsung berjalan mencari mama, tapi ada sesosok pria yang membuatku penasaran. Tadi, ketika kami berpapasan di tangga dia terlihat cuek sekali seakan tidak melihat keberadaanku. Aku begitu penasaran dengan pria itu, tetapi aku lupa dengan dia ketika mama memanggilku.. Mentari! Mentari! Hey, mama disini. Seketika aku langsung menghampiri mama dan kami langsung menuju kekelas.
            Liburan sekolah telah usai. Hari ni hari pertamaku dan teman-teman menjadi murid tertua disekolah. Iyappp, hari ini adalah hari pertama kami menjadi murid kelas XII. Aku sudah tidak sabar bertemu Anna dan lainnya. Saat memasuki gerbang sekolah aku melihat sesosok orang yang membuatku penasaran. Dia turun dari Mobilnya ketika aku sedang berjalan menuju kelas. kelasku XII IPA berada di lantai 1 dan kelasku berada diujung gedung yang bersampingan dengan parkiran Mobil. Saat itulah aku melihat sesosok pria yang ternyata adalah cowok cuek yang aku temui di tangga pas hari pengambilan rapor. Ahh aku tidak habis pikir, ternyata masih ada murid yang tidak aku kenali padahal aku sudah setahun berada disekolah ini. Aku dan cowok itu mulai sering berpapasan. Axel panggilannya, murid kelas XII IPS. Hal itu kuketahui dari Anna. Walaupun kami saling bertatapan, tidak ada diantara kami yang saling menyapa. Hampir setiap hari kami saling berpapasan, tetapi seperti biasa kami hanya bertatapan dalam diam.
            Disini, cerita ku bermulai dengan Axel. Ketika aku membuka whatsapp ada chat dari nomor yang tidak aku kenal. Tetapi dari luar chat tersebut, aku dapat membaca sepatah kata “Ini Axel...”. Oh tentu saja aku terkejut bukan main, cowok yang membuatku penasaran sejak awal ketika tidak ada angin tidak ada hujan, kenalpun engga, bicarapun enggaa dan tiba-tiba dia ngechat?! OMG! Aku tidak menyukainya tetapi aku sangat penasaran dengan tipe cowok seperti itu. “Ini Axel yang  anak IPS. Tadi siang kalian ada belajar kesenian? Boleh aku minjam buku kesenian kamu?”, aku terheran-heran melihat chat itu. Tapi bukannya kepedean, aku kira dia ingin mengajakku berkenalan hahaha ternyata mau minjam buku. Lah emang dia gapunya temen lain ya sampe harus minjam buku gitu ke aku? Ah sudahlah. Aku tidak mengambil pusing, mungkin dia ingin berteman denganku. Besoknya ku bawakan buku itu untuk Axel. Lalu seperti biasa, saat aku bertemu memberikan buku itu.. kamipun hanya terdiam, aku menyodorkan buku kearahnya dan dia hanya mengangguk dalam diam seakan mengatakan oke, terimakasih.
            Axel terus saja menchatku dan menanyai seputar sekolah, yang bagiku itu sangatlah tidak penting. Dalam seminggu pasti ada dia menchatku terlebih dahulu, bukan chat intensif ala-ala pdktan. Walaupun kami sudah chat didunia maya, tetapi didunia nyata kami tetaplah dua orang yang tidak pernah saling menyapa. Komunikasi kami hanya sekedar anggukan atau gelengan. Aku juga heran kenapa kami seperti ini? Apakah dia menyukaiku? Atau aku yang menyukainya? Ku tepis fikiran itu jauh-jauh, karna dari awal aku hanya penasaran dengannya. Bukan menyukainya.
            Hari ini adalah hari Sabtu, dimana kegiatan disekolah hanya ekstrakurikuler. Selesai dari ekstrakurikuler sekitar pukul 1 kami sempatkan untuk mengobrol didepan sekolah, membahas kejadian-kejadian bodoh yang membuat kami tertawa terbahak-bahak. Namanya juga berkumpul dengan teman, kami tidak menyadari jam sudah menunjukkan pukul 4. Ternyata hari sudah sore, teman-temanku mulai berpamitan untuk pulang, tinggal aku dan Natasha. Aku masih menunggu papaku ketika Natasha di jemput oleh supirnya. Natasha sempat menawariku pulang bareng karna dia khawatir melihatku tinggal sendiri, tetapi ajakannya ku tolak karna sudah meminta jemput papa. Ketika jam sudah menunjukkan pukul 5, tiba-tiba hpku berdering telfon masuk dari papa.. ”Nak kamu dimana? Masih disekolah? Papa ada urusan mendadak, bisa kamu pulang naik taksi? Atau telfon mama saja. Papa minta maaf ya nak”, aku cukup kesal dengan hal itu, kalau tau begini aku terima saja tawaran Natasha tadi. Aku putuskan untuk naik taksi saja, aku segan untuk menelfon mama karna jarak antara sekolah dan kantor mama cukup jauh. Aku berjalan dari gerbang sekolah menuju jalan raya, berharap ada taksi lewat yang dapat aku berhentikan langsung. Ternyataa.... ada mobil yang tidak asing berhenti didepanku. tebak saja, itu Axel!! Sosok yang diam seribu bahasa saat berada didepanku. Lamunan ku langsung buyar ketika dia menyapa “mau pulang tar? Yang lain mana? Mau bareng aku aja?” entah apa yang akan terjadi didalam mobil dan tanpa fikir panjang aku langsung saja mengiyakan tawarannya hehe sekalian jugakan aku lagi nunggu taksi eh taksinya ga dateng-dateng. Didalam mobil kami berbicara seputar sekolah, kami masih terlihat canggung ntah apa penyebabnya. Axel lebih banyak diam dan aku lebih memilih melihat kejendela disampingku. Obrolan kamipun hanya sekedar basa-basi.
            Kejadian aku diantar pulang oleh Axel, aku simpan diam-diam dari temanku. Bukannya tidak ingin cerita, tetapi aku dan Axel masih saja terlihat seperti orang yang tidak saling mengenal. Padahal dia masih ada menghubungiku. Hingga pada akhirnya Anna tidak sengaja melihat whatsappku dengan Axel, dia terlihat cukup kaget karna semua orang tau bagaimana cueknya Axel. Tapi ada yang mengganjal dimuka Anna ketika aku berkata hari Sabtu yang lalu aku diantar oleh Axel dan kami sudah lama berhubungan via media. Anna berkata bahwa hari Selasa malam kemarin dia melihat Axel dengan cewek. Yang tidak lain adalah junior kami disekolah!
            Setelah mendengar cerita itu dari Anna, aku memutuskan tidak ambil pusing. Akupun tidak pernah bertanya hal itu ke Axel, aku rasa Axel tidak menyadari aku tau tentang itu. Aku masih saja di chat Axel seperti biasa. Tetapi aku heran, kenapa dia masih saja menghubungiku? Padahal buku yang dia pinjam sudah dia kembalikan dan dia tidak ada kepentingan lagi untuk menghubungiku. Bahkan terkadang dia menngajakku jalan. Semakin lama penasaranku semakin bertambah kenapa dia terus saja menghubungiku. Kalaupun dia ingin berteman, tapi mengapa dia tetap saja sangat dingin saat bertemu denganku. Begitu juga sifatku terhadap dia.
            Sebulan telah berlalu pasca aku mengetahui kalau Axel jalan dengan juniorku dan dia masih saja menghubungiku walaupun terkesan hanya chat basa-basi. Hal yang tidak terduga terjadi ketika aku, Anna, dan Natasha pergi kebioskop hari itu. Disana Anna langsung menatap tajam kearah belakangku tapi Natasha hanya menatap Anna heran, aku bingung.... lalu saat kubalikkan badan. Aku sudah melihat Axel dengan sesosok perempuan yang tidak lain junior kami. Aku melihat tatapan Axel melihatku kaget, akupun memberikan pandangan yang sama hinga akhirnya aku memutuskan untuk membuang pandangan dari mereka. Saat Natasha sibuk bertanya ada apa, dia sempat-sempatnya menyapa Axel, hal itu membuat Axel semakin bingung untuk bertingkah bagaimana. Axel seakan kepergok! Anna sudah diam saja, karna dia tau cerita sebenarnya. Aku merasakan sedih entah kenapa, mungkinkah aku merasa dipermainkan? Entahlah.
            Seminggu telah berlalu, aku tidak lagi dihubungi oleh Axel seperti biasanya. Aku tidak sedih dan aku juga tidak bahagia. Ada sesuatu yang masih mengganjal difikiranku. Apa maksud dia begitu denganku. Menyukai? Atau hanya sekedar sebuah permainan? Tanya ku tidak pernah terjawab hingga hari kelulusan di umumkan. Aku lulus di Universitas Indonesia jurusan fisika. Aku tidak berhubungan dengannya lagi, sejak saat itu aku dan Axel hanya menjadi sebuah cerita yang tak nyata.

You Might Also Like

0 komentar